Rp.4.830.440
26 Donatur
57 hari lagi
Di salah satu sudut kampung Talido, Garut, kita menemui sebuah rumah yang teramat sederhana. Rumah berukuran 1.5 x 3 m2 ini dindingnya terbuat dari anyaman bambu yang sudah lapuk dan bolong-bolong. Lantainya terbuat dari bambu carang dan sebagian lainnya beralaskan tanah.
Saat turun hujan, atapnya bocor dan lantainya kebajiran. Bagaimana tidak, atap rumah yang terbuat asbes ini sudah tidak layak lagi digunakan sebagai penutup rumah karena dikerumuni akar dari tanaman liar.
Di rumah nan sederhana inilah tinggal sepasang suami istri dan seorang anak perempuan bernama Mala yang berusia 5 tahun. Sang suami bernama Pak Kusnindar (53 tahun). Adapun istrinya bernama Ibu Oneng (50 tahun).
Dalam kesehariannya, Ibu Oneng bekerja sebagai buruh tani serabutan. Upah yang didapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan pokok keluarga. Itu pun seringkali tidak cukup.
Sedangkan suaminya, yaitu Pak Kusnindar bekerja sebagai buruh tani pisang. Untuk mendapatkan upah dia harus menunggu tiga bulan lamanya sesuai masa panen pohon pisan. Berapa bayarannya? Jumlahnya sangat kecil, yaitu hanya 65 ribu Rupiah!
Jadi praktis, untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, keluarga ini sangat bergantung pada penghasilan yang didapatkan oleh Ibu Oneng. Itu pun kalau dia bekerja. Kalau kebetulan sedang tidak ada pekerjaan, kondisi mereka jauh lebih berat lagi.
Di luar usaha yang mampu mereka lakukan, Pak Kusnindar dan Ibu Oneng hanya bisa pasrah kepada Allah Ta'ala. Dia yakin hanya Allah-lah yang Mahakuasa untuk memperbaiki kehidupan ekonominya dan menganugerahkan rumah yang layak huni dan aman ditinggali.